Selasa, 23 Oktober 2018

Hari Santri Nasional, Momentum Memupuk Rasa Nasionalisme di Kalangan Santri

Hari Santri Nasional, Momentum Memupuk Rasa Nasionalisme di Kalangan Santri
  Maraknya aksi terorisme dan radikalisme di tanah air belakangan membuat publik geram. Aksi

terorime yang mengatasnamakan Islam membuat masyarakat muslim resah. Jelas aksi ini sangat mencoreng nama baik agama Islam. Padahal Islam tidak pernah mengajarkan ajaran seperti itu. Pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama islam, sering menjadi tempat yang dicurigai masyarakat sebagai sarang teroris dalam mendoktrin santri-santri pondok pesantren paham-paham radikal.

  Alhasil, banyak orang tua yang ragu dan enggan anaknya dipondokkan karena takut praktek-praktek radikalisme terjadi pada anak mereka.Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan agama islam perlu meningkatan pengawasan terhadap praktek radikalisme di lingkunganya. Pondok pesantren harus mampu mengembalikan kepercayaan publik terhadap nama baik Islam. Begitu pula pemerintah sebagai instrumen negara, harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa Islam sebagai agama yang tidak anti-nasionalisme, beretika, bermoral, dan diakui negara.
  Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional. Hari Santri Nasional ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Penetapan ini bermula saat KH. Hasyim Asy’ari (Pahlawan Nasional dan Pendiri Organisasi NU) membacakan isi Resolusi Jihad NU pada Rais Akbar Nahdlatul Ulama kala itu, 22 Oktober 1945.
  Penetapan tersebut memberi pengakuan bahwa ulama dan santri pondok pesantren memiliki peran besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia dan mempertahankan NKRI serta mengisi kemerdekaan. Resolusi Jihad NU menjadi pijakan perjuangan hingga mencapai puncaknya pada peristiwa 10 November di Surabaya yang juga diperingati sebagai Hari Pahlawan.
  Peringatan Hari Santri penting direfleksikan dan menjadi momentum guna memupuk rasa nasionalisme dan menggelorakannya dalam aktualisasi kebangsaan. Salah satu aktualisasi yang dibutuhkan bangsa di era sekarang adalah jihad membangun bangsa. Kesungguhan dalam membangun bangsa mesti ditunjukkan dan dibuktikan oleh semua komponen bangsa. Di sinilah urgensi ruh jihad mesti hadir di semua sendi kehidupan bernegara dan di setiap diri anak bangsa khususnya santri pondok pesantren.
  Pemerintah penting menggunakan pengobaran jihad sebagai salah satu strategi dalam mengakselerasi pembangunan bangsa. Ulama, kalangan pesantren, lembaga pendidikan Islam, dan institusi ke-Islaman lainnya mesti digandeng dalam upaya ini. Doktrin jihad pembangunan penting ditanamkan kepada umat Islam sejak dini.
  Baik melalui pengajian di masjid, forum keagamaan, pendidikan di sekolah dan pesantren dan media lainnya. Konteks jihad membangun di masa kini adalah bagaimana peran umat dan konsep Islam dalam pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, penanggulangan terorisme dan radikalisme, keadilan ekonomi, peningkatan iklim kompetisi global dan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
first of all Blogger Template by Ipietoon Blogger Template